My Space #1

Aku masih ingat, hari-hari awal aku tiba di sini; aku menangis, karena tempat ini kosong, sangat asing dan aku hanya sendirian.

Dan kini, hari terakhirku di sini; aku ingin  menangis, karena demi apapun, tempat ini sudah penuh, begitu familiar dan bahkan menjadi bagian dari pencapaianku.

Semua sudut, semua celah dan retakan, semua noda di dinding, bekas selotip, bekas paku, noda rembesan air, bekas tetesan cat yang sudah menemani sejak awal, derit pintu, effort tiap malam ketika menutup jendela, gorden yang digantung menggunakan lakban, kabel perbaikan yang ujar salah seorang kakak senior pemasangannha "kedada etikanya lalu", kabel perpanjangan yang sering jadi jebakan untuk orang baru, jamur yang tumbuh di dinding-dinding lemariku, lantai miring di depan kamar, saluran air yang meluap kala hujan, bau apek ketika pintu selalu kututup sepanjang hari, sinar yang menelisik melalui kaca jendela dan ventilasi, sarang laba-laba tipis di sudut langit-langit, ruangan pengap itu, kamar kecil itu, semuanya;

aku tidak ingin melupakan kalian. Bahkan jika bisa, aku ingin kalian hidup dan take a shape; lalu kita berbagi cerita dan kenangan tentang proses dan waktu, tentang saat terpurukku dan sudut nyaman yang kalian berikan,
tentang hancurnya hatiku dan kegelapan yang memeluk menenangkan,
tentang segala beban dan kenyamanan yang selalu sepadan.

Apa hanya aku yang sentimentil? Mungkin.
Aku berlebihan? Sangat.
Tapi ini bukan hanya tentang pindah tempat.
Ini tentang meninggalkan dan ditinggalkan.
Dan aku sangat benci meninggalkan dan ditinggalkan.

Jika bisa aku ingin tetap bisa tinggal di sini sehari lebih lama dari tenggat waktu yang diberikan.
Jika bisa aku ingin tetap bisa tinggal di sini sehari lebih lama dari selamanya.
Tapi sepertinya tidak akan bisa.

Layaknya hidup yang harus terus bergerak, tempat ini pun akan bergerak; aku yang pergi atau ia yang akan berubah.
Semua akan berubah dan kita harus siap 'cause that's life.

Saturday, 5th May 2018
12:55 A.M WITA
Friday, 4th May 2018
11:55 A.M WIB
Malam terakhir aku tidur di Asrama
Jl. Tirto Rahayu samping Perumahan Puri Landungsari.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Choked Out

When I stop crying over you. It doesn't mean that I'm over you. I just getting too tired to choke again. It's already hard to breath having you far. It's gonna choke me to death to cry over our closeness. We are really close, chemistrically connected. Yeah. Really close, and chemistrically poisonous. I broke without you; but I could kill myself trying to desperately have you.
Baca selengkapnya

Problems: An Issue on An Issue

Okay, are you anxious about other people's thoughts toward you? Pernahkah kamu merasa tidak nyaman  dengan kiriman sesorang di media sosial? Pernahkah kamu merasa bahwa kamu hanya sebernilai tatapan yang diberikan padamu? Semua orang pasti pernah mengalami ketidaknyamanan. Tapi bagaimana jika ketidaknyamanan itu berlangsung terus-menerus? Bagaimana jika ketidaknyamanan dari luar itu malah membuat kita tidak nyaman dengan diri kita sendiri? Atau lebih buruk, kehilangan diri kita sendiri? Pemikiran seperti 'saya memiliki masalah mental' dan 'mental saya bermasalah', benar-benar bukan sesuatu yang kita ingin pikirkan. Bahkan pemikiran sesederhana 'apa yang salah dengan saya?' benar-benar bisa menjerumuskan kita pada hal yang tidak-tidak . Dalam sebuah kiriman pada akun informasi visual Insider, disebutkan bahwa 1/3 mahasiswa tahun pertama di Amerika Serikat memiliki masalah dengan kesehatan mentalnya. Kebanyakan mereka memerlukan penanganan intra kampus...
Baca selengkapnya

Bonding

I don't know whether it was a coinsidence; cause it was too strong and weird. I don't know whether it was fate; just because it was always you. I don't know whether it was a quiet tiny bond between us; cause you keep pulling me back. Out of all the most random time, why did you show up at that time? Out of all random act, I would never expect you'll realize mine. It was real, you liked it and you talk about it. Literally, you see it , at that most random time. Or, Out of all random time, why did I choose to be seen at that time? It was not a random act, I already planned it for long time. It was real, I exposed it and it became the talk of the town. Literally, I wanted to be seen , at that exact moment. Now, Thanks for show up and turn my already messed world upside down. ... and I still wonder; whether we're completely fated, or you're the one who keeps pulling this broken knot, or am I the one who was never learn the path?
Baca selengkapnya