Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Inability

Gambar
Hanya ingin bilang; aku kangen, tapi aku tidak bisa apa-apa.

Virtual Diary: #Enam

Aku ya, baru tahu kalau orang yang kena panic disorder itu bakal ngerasain mual yang kayak... ew. Sudah sering baca yang begitu, tapi belum paham gimana maksudnya. Dan kalo baca yang begitu, aku yg sebelumnya cuma bakal ngangkat alis dan oh gitu aja. Tapi setelah hari ini, I will put up my respect for those who overcome theirselfs when panic is striking. Karena itu tu sangat tidak mudah, Ya Lord!!! Ya, bayangkan, imagine, stell dir vor: Okay, this is half one, my classmate and I sat next to each other, get ready to the lecture . And you know what happened next? Another classmate came approach and asked me, " Loh, hari ini 3 kelompok kan yang tampil? Aku, Fulanah, sama Mbak Tika." My reaction? Mouth gasped distances. Then she brought it to the truest reality. "Hey, Someone, kamu kemaren denger Herrnya ngomong berapa kelompok?" Dan si tertanya ini menjawab dengan enteng dan wajah tanpa dosanya, "Tiga." Mampus. This is half one, guys. The first presen...

Dear, My Just Friend

Dear, my just friend I'm a grown up. Literally big enough and grown enough; whether you like it or not. I do not need your approval to choose everything in my life. I could befriend anyone but you, or I could be stuck with you and ignore anyone else. that was all my choices. And I am grown enough to know what should I talk about and with whom should I talk about it. You don't have to be worry about me. The choice I've made, whether it was good or bad, whether people approve it or not, have been taught me everything I could learn. Once at a time. I am grown up and would still grow. If I need to learn it, I will learn it at the time. Not a moment sooner nor a moment later. God know what I can bear and what should I go through. I believe in God for the time and the space, for my merely existence. Now, would you trust me or should I prove myself? If I do should, then you first have to prove me why should I prove myself to you. Know, when I decide t...

Penolakanmu

Beginikah akhirnya? Beginikah rangkuman segalanya? Aku telah dibenci. Untuk sebuah kesalahan yang bahkan tidak kulakukan padamu. Kali ini, persis saat ini, yang kuingin hanyalah mengambil satu langkah lebih dekat denganmu. Dan? Kamu mengambil satu langkah lebih jauh dariku. Perfect ... Dulu, hari-hari sebelum hari ini, bagaimana kamu berkata kamu selalu siap. Kamu siap akan segalanya, setidaknya begitulah gelagatmu. Kini, saat aku siap untuk jatuh, kamu tiba-tiba saja bungkam. Kejanggalan di antara kita. Ada kamu yang diam tak bergeming. Ada aku yang meraung marah dalam kehampaan. Kembali kutelisik kata-kata yang kamu ucapkan tapi tidak pernah untukku. Kamu menolak. Kamu menolak segalanya saat aku mulai mengakui segalanya. Mundur secara halus dan cuci tangan dari gejolak emosi yang kamu sebabkan. Selalu begitu. Selalu ada percikan api tentang mengapa kita dipertemukan. Satu kali kutanya padamu: "Hey, sampai bila kita akan terjebak dalam permainan ini? Pura-pur...

Sebelum

Berapa kali lagi hatimu harus patah sebelum kamu berbahagia? Berapa kali lagi kamu harus berpikir bahwa kamu telah menemukannya dan akhirnya terbutakan oleh harapan sebelum kamu benar-benar menemukannya? Berapa kali lagi kamu harus menolak segalanya sebelum pada akhirnya hatimu patah lagi? Berapa kali lagi kamu harus membatasi anganmu sebelum semua harapanmu pupus dan kamu hanya mampu berkata, "Oh, bukan aku?" Berapa kali lagi kamu harus menyangkalnya sebelum menyadari bahwa itu cinta? Berapa kali lagi kamu harus jatuh cinta sebelum kamu benar-benar mendapatkan cinta?