MP #16 Sejelas Kamu


Hei, demi matahari dan bulan, bumi dan lautan, aku ingin bertanya padamu; untuk apa, sih, kamu tiba-tiba datang ke mimpiku? Aku tidak sedang  berada dalam penantian, kesedihan, dan kejatuhan yang berhubungan dengan kamu. Aku sedang baik-baik saja meski beberapa tugas memang membuat kepalaku pening dan rasanya aku ingin pingsan saja. Tapi kemudian, hanya itu, tidak ada yang berhubungan dengan kamu. Kamu belum terlintas dibenakku sepanjang tahun ini, belum cukup untuk membuatku menuliskan tentangmu lagi.

Namun lagi, ini kamu, kamu selalu punya cara untuk kembali setelah kukatakan ‘kamu bebas pergi dan kembali sesukamu’. Dan kamu memang kembali.

Kamu pandai mencuri kesempatan dan mempermainkan ucapan gadis naif sepertiku.

Baik, kemudian, bagaimana caranya aku harus menghadapi kamu yang seperti itu? Kamu yang datang tanpa tedeng aling-aling, tanpa pemberitahuan sebelumnya agar aku bisa bersiap menghadapimu, datang tanpa diundang. Oh, kamu bahkan tidak memerlukan undangan. Aku sudah tidak ada keperluan denganmu dan kamu dengan tidak tahu dirinya datang melewati tirai kesadaranku, masuk ke alam bawah sadarku lalu menghantui bunga tidurku.

Mungkin kembalinya kamu ada hubungannya dengan cuaca. Aku susah tidur karena hawa panas, dan begitu aku bisa terlelap kamu datang menghantui mimpiku. Tidak, kamu tidak merusaknya, kamu malah membuktikan, bahwa hanya kamu yang berupa gagasan saja masih sangat berpengaruh padaku. Aku bahkan bisa merasakan bahwa aku mencoba begitu keras saat bersamamu, bahkan meski hanya dalam mimpi.

Kamu tidak berubah, setidaknya tidak dalam mimpi ini, sebisa yang kumampu rekam dan ingat. Oh, kamu menggunakan kacamata, bukan hal baru, namun aku tidak terbiasa dengan kamu yang menggunakan kacamata. Kamu tidak berubah. Kamu mengenakan baju yang sama yang sering kulihat; seragam sekolah kita dulu. Bahkan potongan seragam dan rambutmu masih sama, serta warna kusam baju putih seragammu. I still remember it.

Mengerikan.

Sungguh mengerikan, bagaimana aku bisa mengingat hal-hal yang tampak padamu hingga begitu terperinci. Aku bahkan bisa mengingat cara berjalanmu, suaramu saat mengungkapkan pikiranmu, bahkan sudut pandangmu! Betapa mengerikan bahwa aku bisa mengingatmu hingga sapuan bayangan dan kepingan gagasanmu. Oh, Tuhan, apa yang Kau timpakan padaku atasnya?

Masalahnya adalah, bagaimana aku bisa mengabaikanmu, sementara kehadiranmu begitu kuat. Jika, jika saja kamu berwujud nyata dan berbicara berhadapan denganku, kamu akan bisa menilai, bahkan orang bodoh pun tahu bahwa aku berusaha begitu keras saat berhadapan denganmu. Sebab, demi apapun, kamu sejelas itu, dihadapanku. Rupamu, suaramu, gagasanmu, gagasan tentangmu; semuanya hampir nyata!

Baik, memang inilah kamu. Kamu selalu menemukan cara untuk kembali menjadi hantu dalam benakku.

Aku tidak membayangkan, kelak apa jadinya jika kamu sudah menemukan seseorang untukmu, dan aku sudah bersama seseorang, tapi bayangan tentangmu akan tiba-tiba datang menghantuiku. Jika kamu akan terus menghantui hidupku, kenapa tidak kamu saja yang ditakdirkan untukku?

Siapa yang tahu, mungkin kamu. Atau mungkin Tuhan sudah menyusun skenario maha hebat yang akan mempertemukan aku dengan gagasan yang lebih hebat daripada kamu. Gagasan dan rupa yang akan membersamaiku dalam kenyataan dan abstrakku, dalam bangun dan tidurku, sehingga kamu tidak memiliki kesempatan lagi untuk kembali.

Jadi, jangan kembali, jika tidak menetap. Mengerti?


14/11/2018
22:19 WIB/23:19 WITA
Malang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Choked Out

Problems: An Issue on An Issue

Bonding