Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Virtual Diary: #Tujuh - A Bitter Fiction

The longing feeling for something that I haven't even know. "I'd go back in time, and change it, but I can't." "One more time, back to that day just one more day, back to that time If only I could go back, if I could go back" "... wish you could go back and tell yourself what you know now." "When you're young, you just run, but you come back to what you need." These lyrics I keep play in my head, over and over again, since yesterday up till now. Really, if I could go back, I would. Years then, when the world felt so small, yet they were mine. They are mine. It was never wrong. Tidak pernah salah. Nostalgic? It wasn’t even a bit of memory to be recalled. I didn’t regret it that I don’t. Aku tidak menyesal tidak melakukannya. But I long to do it, though I never do it. Tetapi aku  rindu  melakukannya, meskipun aku tidak pernah melakukannya. It felt like it was my story, it felt like it wa...

Tolong, Maaf

Bisa tidak, kamu jangan begini? Berapa kali kubilang, kalau ingin pergi, silakan pergi. Pergi saja, tapi jangan kembali. Kalau keperluanmu denganku sudah selesai, ya sudah. Pergi saja. Tinggalkan saja. Jangan sungkan. Kamu tidak perlu membalas pesanku. Kamu tidak perlu mencari topik pembicaraan lain. Kamu tidak perlu berpura-pura peduli. Ini aku. Aku membosankan dan selalu kehabisan bahan bicara dan aneh dan tidak asyik. Itu aku. Jangan kembali, tolong. Kamu tahu, kan, aku mudah jatuh. Sekali jatuh aku tersungkur. Tolong, kalau tidak siap menangkap, jangan buat aku jatuh lagi. Tolong kembali seperti biasa; tolong abaikan pesanku jika sudah lewat 24 jam, seperti dulu. Tolong jangan dengarkan aku yang bilang bahwa kamu boleh pergi dan kembali sesuka hatimu. Maaf, aku naif saat itu. Tolong lupakan. Tolong; maaf, silakan pergi saja.

Bukan yang Terbaik

Sudah cukup lama kita berlalu. Aku masih menceritakan tentang kamu Masih berbicara tentang kamu. Aku terus berharap bahwa apa yang kurasakan benar dan tulus Hanya untuk mendengar bahwa kamu memang bukan yang terbaik Padahal aku tidak pernah meminta yang terbaik Aku hanya ingin yang selalu ada Dan kupikir percakapan larut malam dan pagi buta sudah cukup. Ternyata hanya aku yang merasa cukup.

Masih Saja

Setelah sekian lama, setelah sekian banyak waktu, masih saja aku bercerita pada teman-temanku, orang-orang terdekatku, segala hal yang berlalu, segala hal yang hanya diberikan oleh kamu. Setelah semua obrolan, isi hati dalam genangan, pandangan tentang kamu selalu sama. Kata mereka, kamu tidak pernah baik, tidak pernah cukup baik untuk dicari. Aku jadi bertanya-tanya; aku kah yang tidak pantas dibela, atau kamukah yang bedebah? Hari ini kuceritakan lagi. Semua tentang hati; tentang percakapan pagi, dan kudengar jawaban yang sama lagi, bahwa kita tidak pantas jadi. Aku terus bertanya, dan bercerita untuk meyakinkan bahwa kamu memang bukan untuk ku genggam. Tidak. Bahkan setelah semua percakapan larut malam, dan pesan-pesan di pagi kelam dengan topik yang tiada batasan. Tapi, Aku tahu Kita pernah dekat Namun tiba-tiba pudar Hilang.... *** 4.6.18